Friday, March 09, 2007

Kami Takut ...
Oleh : Asro Kamal Rokan


Pesan singkat masuk ke handphone saya: Apa yang terjadi pada bangsa ini, bencana terus datang susul-menyusul. Apakah Tuhan YME sedang menghukum bangsa ini? Lihatlah, kini Sumatra Barat yang diguncang gempa. Sejumlah orang tewas.

Saya tak berani menjawab pertanyaan tersebut, karena saya --dan tentu saja teman yang mengirim pesan singkat itu-- tak tahu kehendak Allah, apalagi mewakili-Nya untuk menjelaskan alasan bencana demi bencana terhadap bangsa ini. Secara ilmiah, mungkin ada alasannya. Namun, yang pasti alam tunduk pada kehendak Allah, mereka sujud, tak pernah membantah, apalagi menolak.

Ya Allah, bencana memang terus menerpa negeri ini. Media massa masih memberitakan tanah longsor di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sebanyak 53 orang dinyatakan tewas. Sebagian ada yang belum ditemukan mayatnya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono khusus memimpin rapat kabinet untuk mengatasi akibat-akibat dari bencana ini, termasuk soal pengungsi. Sehari kemudian, tersiar lagi berita yang menyesakkan. Belasan orang tewas akibat gempa berkekuatan 6,0 Skala Ritcher di Sumatra Barat.

Ya Allah, dapatlah kami rasakan betapa orang-orang panik, berlarian mencari tempat yang menurut mereka aman. Anak-anak dengan kakinya yang kecil, ikut berlari tanpa mereka tahu apa yang terjadi. Ibu-ibu tak sempat menyusui bayinya. Mereka sangat takut, takut sekali ....

Ya Allah, Kau Maha Tahu. Tolonglah kami, cukupkanlah sudah bencana ini. Kami takut, bencana demi bencana ini menjadi suatu yang biasa. Tidak lagi menggetarkan kami, tidak lagi membuat kami sadar betapa kecilnya kami atas kekuasaan-Mu, tidak lagi membuat hati kami terketuk untuk saling membantu.

Kami takut ini menjadi biasa, seperti kami telah terbiasa melihat pengemis mengais tong sampah untuk makan, seperti kami terbiasa melihat seseorang tewas akibat tabrak lari, seperti kami terbiasa melihat polisi menerima sogokan Rp 10 ribu, seperti kami terbiasa melihat orang tua memukul anak-anaknya, terbiasa mendengar kata-kata kasar dan tahayul-tahayul di sinetron.

Kami takut ya Allah, bencana demi bencana ini menjadi suatu yang biasa. Kami takut jiwa dan hati nurani kami menjadi kebal dan tidak lagi peduli pada penderitaan saudara-saudara kami itu. Kami juga takut, mencari-cari kesalahan pihak lain atas bencana ini, dan nauzubiillah, kami takut mengaitkan bencana ini pada tahayul.

Ya Alllah, kami hanya bisa meminta: Tolonglah kami. Perkuat iman kami, perkuat rasa cinta kami terhadap sesama. Kuatkan kesadaran kami bahwa kami tidak berarti apa-apa, bahkan jauh lebih kecil dari sebutir debu di gurun yang maha luas jika dibanding dengan kekuasaan-Mu, dibanding dengan kehendak-Mu yang Mahaagung. Apalah kami ini dalam lautan kasih sayang-Mu. Kami tidak berdaya ya Allah, sangat tidak berdaya.

Ya Allah, kami telah tersesat. Bencana demi bencana ini mungkin jalan yang Kau tunjukkan untuk mengetuk Rumah-Mu, kami ketuk ya Allah dengan segala kelembutan hati kami. Kami ingin masuk ya Allah, kami ingin masuk, rebah di Kaki-Mu, sekarang juga ...

No comments: